Legenda Saribumi
Jauh sebelum Indonesia merdeka,
ada sebuah perkampungan yang terdapat di bagian selatan Pulau Sumatera.
Perkampungan tersebut bernama Mepetbumi. Perkampungan tersebut berada di bawah
kekuasaan kerajaan Kaeres. Keadaan desa tersebut bisa dibilang sangat makmur
karena semua kebutuhan dan keinginan masyarakat desa tersebut dapat terpenuhi
dengan SDA yang berlimpah dan SDM yang tinggi. Desa tersebut memiliki sebuah
sumber daya alam yang tidak dimiliki wilayah lain, yaitu sebuah perkebunan Ginkgo Biloba. Masyarakat setempat
memanfaakan daun tersebut sebagai obat-obatan dan bahan kosmetik.
Desa tersebut dipimpin oleh orang
yang sangat bijaksana namun keras yang bernama Ahmad Antumsari. Dia menerapkan
sebuah system saling gotong royong sesama warga di desanya. Ahmad Antumsari
terkenal dengan keberaniannya dalam menentang segala kebatilan dan sifatnya
yang sangat arif dalam .menyelesaikan masalah yang ada.
Pada suatu hari, datang manusia-manusia
berkulit putih dan berbadan tinggi ke Desa Mepetbumi. Pada awal kedatangannya
para bangsa asing tersebut disambut baik oleh para penduduk desa karena mereka
hanya ingin berdagang dan mencari bahan obat-obatan. Namun, lambat laun mereka
mulai memaksa warga setempat untuk memberikan lahan perkebunan para warga untuk
dikuasai mereka. Setelah kejadian itu, muncullah sebuah konflik antara bangsa pendatang
dengan bangsa pribumi.
Sengketa yang terjadi antara
bangsa pendatang dengan warga setempat tidak dapat dihindarkan lagi karena
bangsa pendatang bersikeras ingin menguasai perkebunan itu dan warga setempat
mempertahankan tanah itu. Konflik tersebut mengakibatkan pertumpahan darah
antara bangsa pendatang dan warga setempat. Banyak korban yang mati dan terluka
akibat perselisihan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan Kerajaan Kaeres ikut
campur dalam sengketa tersebut. Namun, usaha perdamaian yang dilakukan oleh
Kerajaan Kaeres tidak menghasilkan kesepakatan apapun sehingga konflik semakin
memuncak. Warga Mepetbumi berjuang mengusir para pendatang dengan dipimpin oleh
Ahmad Antumsari. Pertempuran dahsyat terjadi selama berminggu-minggu dan
memakan banyak korban jiwa.
Pertempuran tersebut terjadi
diberbagai tempat, termasuk juga di daerah perkebunan. Setelah berminggu-minggu
pertempuran berlangsung, akhirnya bangsa pendatang mundur karena kehabisan
pasukan dan mereka menyerah. Kejadian tersebut membawa suka cita bagi para
warga setempat. Tapi, pertempuran tersebut meninggalkan duka yang sangat
mendalam bagi warga setempat karena banyak korban berjatuhan dan yang lebih
parah lagi perkebunan Ginkgo Biloba yang
selama ini menjadi tumpuan perekonomian warga setempat rusak akibat perang
tersebut.
Setelah selesainya perang
tersebut, Ahmad Antumsari kembali menstabilkan keadaan desanya dengan berbagai
cara. Beliau menginstruksikan kepada seluruh warga untuk tidak terlalu
memikirkan perkebunan tersebut. Beliau berkata, “Wahai seluruh warga, janganlah
kalian bersedih akan kejadian yang selama ini terjadi. Tapi kita harus
mengambil hikmah dari bencana ini, semua masalah, semua ujian, semua cobaan,
pasti akan mudah kita lalui jika kita merapatkan barisan dan tetap kompak dalam
menghadapi masalah kita”.
Salah satu cara Ahmad Antumsari
untuk menstabilkan perekonomian warganya dengan mengganti perkebunan Ginkgo Biloba dengan perkebunan Gnetum Gnemon. Tidak cukup sampai disitu
Ahmad Antumsari juga menyuruh kepada
seluruh warganya untuk menanam berbagai macam bunga di setiap rumah dan membuat
sebuah taman bunga. Dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh para warga, akhirnya
Desa Mepetbumi menjadi makmur kembali bahkan desa tersebut menjadi pusat dan
tumpuan perekonomian dari Kerajaan Kaeres.
Sejak saat itu Desa Mepetbumi
berganti nama menjadi Saribumi. Kata sari digunakan karena desa tersebut
menjadi inti dan pusat perekonomian Kerajaan Kaeres dan di desa tersebut banyak
sekali terdapat bunga pada saat itu. Kata bumi diartikan sebagai tempat dan
berasal dari nama belakang dari nama desa yang lama.